SABAR, ANTARA KATA DAN MAKNA
Innallaha ma'ashshabirin. Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang
sabar. Sebuah kalimat yang amat sejuk. Kalimat yang mencerminkan
kepasrahan seorang mukmin, sehingga muncul rasa sabar dan hilang segala
keresahan dan kesempitan hati.
Dalam hidup sehari-hari, betapa sering kita mengucap sabar, entah
nasihat untuk kita sendiri ataupun nasihat untuk teman atau sanak
saudara yang tengah ditimpa musibah. Setiap kita mengalami atau melihat
kegagalan, kesulitan dan kesedihan, selalu terucap kata sabar.
Memang tidak salah, namun ada dimensi lain penggunaan kata sabar yang
hampir tak disadari orang. Sesungguhnya kata sabar tak hanya tepat
disampaikan saat menghadapi musibah, namun juga bijak bila disampaikan
pada orang yang tengah menerima anugerah. Mengapa? Sebab sesungguhnya
anugerah berupa kesenangan dan kenikmatan juga merupakan ujian dari
Allah SWT yang menuntut kesabaran kita untuk menerimanya.
Bukankah Allah SWT telah mengatakan bahwa ujian itu bisa berupa
kesulitan dan juga bisa berupa kesenangan. Orang yang mendapat rezeki
berlimpah pun harus sabar menerimanya. Bukankah uang yang banyak bisa
mendorong orang untuk melakukan kemaksiatan? Bukankah kesuksesan bisa
mengilhami orang untuk sombong? Dan bila manusia telah terjerumus dalam
kemaksiatan dan kesombongan, itu artinya ia telah mendapat "musibah"
yang akibatnya akan dituai di akhirat nanti. Naudzubillahi min dzalik.
Karena itu, sesungguhnya pada setiap keadaan manusia selalu dituntut
untuk sabar. Saat ditimpa musibah, harus sabar dan tabah serta tidak
berburuk sangka pada Allah. Sebaliknya saat diberi anugerah, juga harus
sabar dalam artian mampu menahan diri untuk tidak menenggelamkan diri
pada kesenangan yang menipu.
Yusuf Qardhawi, dalam Tafsir Tematik tentang Sabar, menulis bahwa sabar
adalah menahan diri dari hal-hal yang tidak disukai maupun hal-hal yang
disukai. Sabar terhadap hal-hal yang tidak disukai memang lebih mudah
karena dasarnya kita memang tidak ingin melakukannya. Sedangkan sabar
terhadap hal-hal yang disukai adalah lebih sulit karena dasarnya kita
selalu ingin melakukannya.
Memang, siapa pun yang sedang ditimpa musibah seperti kelaparan dan
penindasan harus bersabar dan tawakal kepada Allah SWT. Namun siapa pun
yang sedang berada dalam lautan kenikmatan dan kekuasaan juga harus
bersabar dengan nikmat Allah yang melimpah itu. Karena pada dasarnya
semua itu adalah milik Allah, yang pada saatnya nanti pasti akan kembali
kepada-Nya.
Setiap hamba Allah, kaya atau miskin, harus memiliki sabar dan syukur.
Kalau orang kaya bersyukur itu baik. Tapi akan lebih baik lagi jika ia
bersabar dengan kekayaannya sehingga selektif memmbelanjakannya.
Sedangkan bagi si miskin, bersabar itu baik, tapi lebih baik lagi jika
ia mampu bersyukur. Artinya ia bisa merasakan besarnya nikmat Allah yang
telah ditetapkan untuknya walau sedikit.
Dikutip dari sabili.ku.org
Wassalaamu'alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh
0 comments:
Post a Comment
Silahkan Komentarnya Gan ^_^
Jangan SPAM Ya